Jumat, 29 Juli 2016

Kakak Nisa Yang Nafsu

Cerita Sex Hot Seru - “Ya.. belum sih, aku cuma pinjem bentar dari temen?” kataku.
Tiba-tiba kakakku muncul. Nisa bertanya kepada kakakku, “Dari mana, Li?”
“Ini beli jus di warung.”
Nisa terus bertanya kepada kakakku, “LI, adikmu ini mbok diajak nonton sekaLinan, biar bisa dipraktekin.. haha..”
Aku kaget mendengar pertanyaan Nisa. Langsung pikiranku mulai ngeres.
“Wah, ini sih kesempatan gue,” pikirku.
“Ngapain Roni? Nyengir-nyengir sendiri, mulai ngeres tuh pikiranmu, ngga apa ding. Kan udah gede. Kamu sudah pernah ngeseks kan Roni?” tanya Nisa menggoda.
“Wah, jangan sampai hilang nih kesempatan,” pikirku.
“Eh, belum sih, tapi emang pingin, he..he.”
“Kalo gitu sini Roni, mumpung ada kita berdua.” goda Nisa.
Kakakku hanya senyum-senyum melihat aku. Wah, Mbak Lina ternyata nafsu juga nih.
“Ya deh, tapi entar Mbak, jadi kebelet kencing nih.”
“Wah, udah ngaceng tuh punyamu, Roni. Eh, Mbak Nisa ikut ya? Kita mulai di kamar mandi aja ya?”
“Eh Lina, entar ya, gue pinjem adikmu.” kata Nisa yang sudah bernafsu.

Begitu aku mau kencing, Nisa langsung mengelus burungku dari belakang. Wah asyik nih pikirku. Nisa hanya diam sambil mengelus burungku yang sudah keluar air kencing.
“Sini aku bersihin.”
Aku sih mau aja. Nisa langsung jongkok di depanku dan menjilat kepala burungku sekaLinan dikulum-kulum sampai masuk ke mulutnya. Kupegangi kepala Nisa dan kugerakkan kepalanya ke kanan-kiri. Kemudian dia berdiri dan langsung mencium bibirku dengan semangat. Lidahnya dimainkan di mulutku, aku pun mengikuti permainannya saja. Tanganku mulai kugerakkan ke buah dadanya yang montok. Aku putar-putar tanganku dan kudoRoning-doRoning susunya.
Nisa mendesih pelan, “Ahh..”

Kubuka bajunya sampai lepas dan kelihatan susunya yang dibungkus BH putih. Kualihkan mulutku ke sekitar susunya. Kucium-cium dan kemudian kulepas BH-nya.
“Wah, putingnya besar nih pikirku.”
Aku langsung mengulum putingnya dengan lembut dan tangan kiriku menggosok-gosok susunya yang satu lagi.
“Ah.. Teruss.. Roni,” rintih Nisa sambil tangannya terus memainkan burungku. Setelah agak lama kumainkan susunya, aku berjongkok mau membuka celana jeansnya.
Tiba-tiba Mbak Lina muncul dan ngomong, “Eh, diterusin di kamarku yok, TV-nya udah kupindah ke sana. Masak aku cuma Linat doank.”
“I..ya deh, yuk Roni kita pindah.. Aaah..” jawab Nisa dengan gelinya karena tanganku mengenai lubang kemaluannya.

Setelah selesai kulepas celana Nisa dan tentu saja aku sudah telanjang, kugendong Nisa di depanku dengan lidahku memainkan putingnya.
Nisa mendesah, “Ahh..ah..ehh.”
Kubaringkan di ranjang kakakku dan kulihat kakakku sudah melepas bajunya. Kudatangi Mbak Lina. Nisa hanya diam saja dengan tangannya menggosok-gosok lubang kemaluannya sendiri. Langsung kucium mulut Mbak Lina dan kumainkan susunya dengan gerakkan memutar dan meremas.
“Ehh.. Srrp,” suara kakakku dengan mulut kami masih berciuman.
Tangan kakakku yang satu memegang pantatku dan yang satunya memegang burungku yang semakin besar saja rasanya. Lalu kuangkat kedua kaki kakakku dan kubaringkan pelan di ranjang. Dengan posisi aku di atas, kedua kaki kakakku melingkar di pinggangku, dan kugoyangkan pinggulku biar burungku bergesekkan dengan lubang kemaluannya. Lalu kuarahkan mulutku ke lubang kemaluan kakakku dan kujilat-jilat, kemudian kumasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya. Sementara itu tanganku bergerilya di atas susunya, kuremas-remas.
“Ah.. Ayo teruss.. shh..” rintih kakakku.

Kemudian Nisa berdiri dengan lubang kemaluannya mengarah di mulut Mbak Lina dan menggoyangkan pantatnya di kepala Kak Lina. Kakakku pun langsung menjilat-jilat lubang kemaluan Nisa dengan semangat. Suara rintihan mereka membuatku semakin nafsu. Dan langsung kuarahkan burungku ke dalam lubang kemaluan kakak. Kaki kirinya kuangkat dan ku desak burungku untuk masuk ke lubang kemaluannya. Kugerakkan maju mundur dan kadang memutar sampai burungku basah oleh lendir dari lubang kemaluan kakakku.
“Crp.. crep.. slokk..” suara gesekan burungku dengan lembut.
“Emm.. ahh.. Terus Roni..o.”
Semakin cepat ku doRoning pantat dan tiba-tiba kurasakan burungku menegang keras dan kurasakan air maniku keluar deras di dalam lubang lubang kemaluan kakakku.
“Ahh.. ahh.. uhh!” desahku.
“Uhh.. ehha..” jerit kakakku yang juga mencapai orgasme.
Selama orgasme kutekan pantatku sampai burungku paling dalam dan kugerakkan maju mundur dan memutar. Kudiamkan beberapa saat di dalam karena burungku berkurang ketegangannya. Setelah kembali tegak kukeluarkan dan aku berdiri menuju ke Nisa yang masih mengerang keasyikan karena lubang kemaluannya masih dikulum mulut kakakku. Dengan posisi kakakku telentang, Nisa tetap menggerakkan pantatnya di kepala Mbak Lina, aku pegang kepala Nisa dan kuarahkan mulutnya ke burungku yang masih basah. Nisa langsung mengocok burungku dengan tangannya dan mengulum kepala burungku. Aku merasakan tegangan yang tinggi saat kugerakkan burungku maju mundur ke mulut Nisa, sampai Nisa kadang-kadang agak tersendak karena burungku masuk sangat dalam. Begitu aku merasa mau orgasme, kupegangi kepala Nisa, kugerakkan dengan agak cepat dan tangan Nisapun mendoRoning pantatku ke depan.
“Creet.. creett.. cpRonitt,” suara air maniku yang memuncrat ke dalam mulut Nisa. Aku mendesah dengan agak keras. Dan kulihat Nisa dengan susah payah berusaha menelan seluruh pejuhku agar jangan sampai tumpah ke ranjang.
“Hukk..uhuk.” kudengar Nisa terbatuk-batuk karena kesulitan menelan pejuhku.
“Haa.haa.haa, Enak ya Mbak rasanya?” tanyaku menggoda.
“Seperti ..emm” jawabnya.
Kemudian dia memegangi burungku yang kembali melemah agar tegak kembali sambil di kocok-kocok.

Ah..enak sekali rasanya pikirku dan aku melirik ke arah film porno yang sampai ke adegan di mana si cewek menungging dan yang cowok memasukkan burungnya dari belakang. “Eh.. Mbak seperti itu ya posisinya?” pintaku.
“Oke deh,” jawab Nisa.
Nah sekarang giliran kamu, Nes, pikirku. Saat aku berusaha memasukkan burungku ke lubang kemaluannya lewat bawah, Mbak Lina berdiri dengan kedua kakinya di antara punggung Nisa. Aku dan Mbak Lina berciuman dengan memainkan lidah di mulutku, kadang menjilat bibirku, sementara tanganku masih memegangi pinggang Nisa untuk mendoRoning burungku. Nisa dengan gerakan maju mundurnya membuat aku keenakkan. Nisa mendesah cepat dan keringat kami bertiga semakin banyak. Kemudian kuarahkan tanganku ke buah dada Nisa yang menggantung karena posisinya yang nungging. Kuremas-remas dan kugerakkan ke banyak arah. Sementara pinggangku terus memompa agar burungku terus keluar masuk ke lubang kemaluannya. Ciumanku dengan Mbak Lina semakin seru dan penuh nafsu. Sesekali kuarahkan tanganku ke buah dada kakakku yang ukurannya hampir sama besarnya dengan punya Nisa. Tibalah saatnya aku orgasme ketiga kalinya. Dengan segera tanganku memegang pinggang Nisa dan kudoRoning pantatku dengan cepat.


Crepp..creep..” suara selangkanganku berbenturan dengan pinggiran lubang kemaluannya.
Dan, “Crut..” air maniku memuncrat derasnya di dalam lubang kemaluan Nisa.
Kami berdua mendesah keras karena Nisa pun mencapai orgasme. Cukup lama aku merasa orgasme sehingga kutekan pantatku ke depan dan kugerakkan burungku yang ada di dalam lubang kemaluannya. Setelah beberapa saat kukeluarkan burungku yang basah dan Mbak Lina pun dengan spontan memegang burungku dan menjilati bekas air maniku yang bercampur dengan lendir lubang kemaluan Nisa.

Kami pun beristirahat dengan tiduran telanjang tanpa satu helai pakaian. Aku di tengah dan mereka di sampingku. Tanganku masing-masing memegang buah dada Mbak Lina dan Nisa sementara entah tangan siapa memegangi burungku yang mulai bergerak-gerak lagi.

0 komentar:

Posting Komentar