Senin, 08 Agustus 2016

Dapat Menikmati Kepuasan Tante Linda

Cerita Sex Hot Seru
Cerita Sex Hot Seru - Kisah ini bermula ketika tetangga di dekat kostku, Tante Linda, yg berstatus janda beranak satu, memintaku untuk memberikan private Matematika kepada Desy, anak perempuannya yang waktu itu duduk di kelas 3 SMP, karena katanya, anaknya memiliki kelemahan di dalam mata pelajaran Matematika, ditambah lagi dengan kekhawatiran akan tidak lulus dalam ujian nasional.

Permintaan tersebut aku tanggapi dengan baik, dan lebih pada keinginan untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari sebagai seorang mahasiswa yang hidup jauh dari keluarga. Apalagi pelajaran yang diminta juga memang sesuai dengan jurusan yang kuambil di kampus, jadi tidak jadi masalah bagiku.

Sesuai dengan jadwal private yang telah disepakati, yaitu jam 08.00 malam, dua kali seminggu, aku datang ke rumah tetanggaku tersebut. Karena jaraknya yang hanya terhalang oleh beberapa rumah saja dari kostku, maka aku hanya mendatanginya dengan jalan kaki, itung-itung ngirit bensin… Lumayan lah! dengan gaji 50ribu – per pertemuan, aku bisa menghitung berapa penghasilanku per bulan.


Pada awalnya semua berjalan lancar, seperti layaknya private pada umumnya. Sekitar pukul 09.30 atau kadang molor sampai jam 10.00 malam, barulah aku minta izin pulang. Sampai pada suatu malam, sesuai dengan jadwal, aku datang ke rumah tetanggaku tersebut, dengan maksud memberikan private pada anaknya, tetapi ternyata yang ada hanya Tante Linda. Katanya sih si Desy keluar dengan temannya karena suatu keperluan. Kata tante Linda, mungkin sebentar lagi juga pulang. Sementara menunggu, Tante Linda menyuguhkan secangkir teh hangat dan sedikit makanan kering kepadaku. Dalam selang waktu itu terjadi percakapan kecil antara aku dan tante Linda.

“Silahkan diminum airnya, nak Ron!” kata tante Linda.
“Iya, Tante!” jawabku sambil mengambil gelas berisi teh hangat yang ada di depanku.
“Sudah semester berapa sekarang?” tanya Tante Linda memulai percakapan.
“Sudah semester akhir sih, Tante! cuman… Skripsi saya belum selesai.” jawabku agak malu-malu sambil meletakkan kembali gelas teh ke atas meja.
“Wah… hampir selesai dong! Kalau sudah lulus, nggak ada lagi dong ngasih private buat Desy…” kata Tante Linda
“Ah, masih lama juga sih, Tante! Mungkin duluan Desy lulus ketimbang saya…” jawabku merendah
“Hahaha… kerasan kuliah ya? nggak kepingin merit?” Tanya Tante Linda yg lumayan mengagetkanku.
“Hehehe… pingin sih, Tante! Tapi kerja aja belum, masa dah mikir merit…!?” Jawabku.
“Kamu itu gimana sih? ntar nyesel nunda-nunda kawin…” kata Tante Linda menggodaku. “nyesel kenapa, Tante?” tanyaku.
“Dasar anak muda! Kawin itu enak lho…!!” kata tante Linda.
“Hahaha… kalau mikir gitu2nya aja sih memang enak, Tante! tapi tanggung jawabnya kan besar kan, Tante!?” Jawabku.

Tiba-tiba Tante bangkit dari tempat duduknya, lalu ia duduk di sampingku. Aku terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Tante Linda, tetapi tiba-tiba ia berbisik di telingaku…

“kalau kamu mau, kamu nggak perlu mikir masalah tanggung jawab, nak Ron!” begitu bisik Tante Linda di telingaku.

Seketika itu juga, tiba-tiba tangannya menyentuh kemaluanku yang tidur di balik celana jeans yang ku kenakan.

“Tante! kalau Desy datang gimana?” tanyaku akan gugup dengan aksi Tante Linda terhadapku. Mendengar pertanyaanku itu, Tante Linda mendorong tubuhku hingga terbaring di Sofa, dan menindih tubuhku lalu kembali berbisik.
“Tenang saja! Semua sudah tante rencanakan. Desy tidak akan pulang ke rumah malam ini, karena ia sedang ada kegiatan Camping di sekolahnya. Tadi sore, Desy pesan sama tante, minta tolong menyampaikan ke kamu bahwa private malam ini ditiadakan dulu…” Penjelasan tante itu cukup mengagetkanku. Dalam perasaan gugup bercampur birahi yang menggoda, tiba-tiba tante Linda yang duduk di atas tubuhku yang terbaring di sofa ruang tamu itu, tante melepaskan bajunya sehingga payudara putih besar yang tertampung dalam Bra putih menjadi pemandangan langka di hadapanku. Seterusnya tante Linda melepaskan rok panjang yang ia kenakan, sehingga sesosok tubuh wanita yang hanya tertutup oleh BH dan CD menjadi pemandangan nyata di depan mata.

Sejujurnya, aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka ini, tapi rasa gugup dan terkejut masih menyelimuti hatiku. Di saat itulah, tiba-tiba tante Linda berusaha membuka kancing celanaku dan menurunkan reslitingku. Dia tersenyum padaku, lalu berkata: “Burungmu pasti sulit bernafas kalau tidak dikeluarkan….” katanya. Mendengar kata-kata itu, akupun berusaha melempar senyumku dan seketika itu juga ku turunkan celana jeansku dan ku biarkan tante Linda yang mengeluarkan penis dari celana dalamku.

Batang penisku yang sudah tegang, langsung menyembul keluar setelah tante Linda menurunkan CDku. Beberapa saat tante memandangi dan meremas batang penisku, lalu ia menunduk dan memasukkan penisku ke dalam mulutnya. sebuah kenikmatan yang tak tertahan saat lidah tante Linda membelai kepala penisku. Sepertinya, aku tidak mampu menahan punjak birahi yang sudah berada di ubun-ubun. Akibatnya, spermaku pun keluar dengan kencang mengisi mulut tante yang sedang asyik memainkan lidahnya di kepala penisku.

Melihat cepatnya aku mencapai puncak, tante Linda bukannya kecewa. Ia malah tersenyum dengan lelehan sperma di bibirnya. Tante Linda mengeluarkan sisa sperma yang masih berada di mulutnya dan meludahkannya ke batang penisku. Kemudian ia kembali mengulum penisku yang mulai melemah selama beberapa saat.

Dengan bibir yang masih berlumuran sperma, tante Linda kembali menjatuhkan tubuhnya di atas tubuhku, lalu mencium bibirku. ku coba untuk membalas reaksinya dengan menyambut lidahnya yang masuk ke mulutku. Ku rasakan sebuah sensasi yang luar biasa ketika tante Linda seakan mengajak berbagi sperma di mulutku. Aku tidak perduli dengan bau sperma yang kecut harus masuk ke tenggorokanku, yang ku pikirkan hanyalah bagaimana caranya agar penisku bisa kembali bangkit dari kematiannya.

Ku ku coba meremas-remas payudara besar yang masih terbungkus BH, sebuah hal yang luar biasa yang tidak pernah ku mimpikan sebelumnya. Ternyata menjadi guru private anak tetangga merupakan awal hilangnya keperjakaanku. Tante Linda telah merencanakan ini secara sempurna tanpa ku ketahui sebelumnya. Mungkin sebagai seorang janda, ia juga merindukan nikmatnya saat melakukan hubungan dengan suaminya yang telah meninggal dunia sekitar setahun yang lalu.

Setelah puas berciuman mesra di sofa, Tante Linda bangkit dari tubuhku. Ia kemudian menarik celana Jeans dan CDku sampai terlepas dan memintaku untuk melepaskan baju juga. ku turuti saja keinginannya, hingga aku menjadi sesosok laki-laki bugil dengan penis yang mati tergantung.

Tante Linda memegang tanganku dan menarikku menuju sebuah kamar yang bisa dipastikan adalah kamar tidurnya. Setelah berada di dalam kamar, tante Linda melepaskan BH dan CD putih yang ia kenakan. Kemudian ia berdiri di hadapanku dengan tubuh bugil. Dalam posisi berdiri, kami kembali berciuman. Lalu ia berkata padaku:
“Ron! jika kamu sudah siap, lakukan saja yang ingin kau lakukan dengan tante…. Tante akan menunggu…” demikian perkataannya yang dipenuhi dengan birahi indah. Ia kemudian berjalan meninggalkanku dan menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur empuk yang ada di kamarnya itu. Ajakan itu tak ingin ku sia-siakan dan hilang begitu saja. Sesosok tubuh wanita yang siap untuk dinikmati, kenapa tidak ku manfaatkan…!?

Tanpa pikir panjang, ku dekati tubuh tante Linda yang telah terhidang siap saji untuk disantap. Lalu ku mulai aksiku dari menaiki tubuh tante Linda dan mencium bibirnya. Bibir dan lidah kami saling beradu dalam suasana yang penuh birahi. Sambil terus berciuman, ku remas salah satu payudara Tante Linda yang lumayan besar dan lembek, dengan salah satu tangan menopang berat tubuhku agar tidak menindih sempurna tubuh tante Linda.

Aktivitas itu terus ku lakukan, hingga akhirnya batang penisku kembali terjaga dari tidurnya. Dalam suasana penuh nafsu yang tak tertahan, ku sentuh selangkangan tante Linda yang ditumbuhi oleh bulu yang lebat. Ku coba untuk merayap dan memasukkan jariku ke belahan di pangkal paha tante Linda. Tidak terlalu sulit untuk mendapatkannya, hingga dalam beberapa detik, aku telah berhasil menenggelamkan jari tengahku di lobang vagina tante Linda. Sesaat kemudian, ku mainkan jariku di lobang yang basah itu, sehingga membuat tante Linda mendesah. Sepertinya dia mulai merasakan kenikmatan bercinta denganku.

Sebagai seorang yang tidak pernah melakukan hubungan seks layaknya suami istri, aku tidak begitu mengerti apa yang harus ku lakukan pada tubuh bugil yang saat itu telah siap untuk ku nikmati. Yang ada dalam pikiranku hanyalah menikmati, dan bukan memberi kenikmatan.

Tanpa terlalu lama bermain dengan benda yang juga baru pertama kali ku sentuh, aku mulai berpikir untuk memasukkan penisku yang sudah cukup keras ke dalam lobang vagina tante Linda yang kenyal dan dikelilingi oleh bulu yang lebat. Aku merubah posisi ku, lalu mengarahkan kepala penisku ke belahan di sela paha tante dengan tanganku. Mungkin karena statusnya yang janda beranak satu, alias sudah bukan perawan, batang penisku tidak terlalu sulit untuk menerobos masuk ke vagina tante Linda.

Cerita Sex Hot Seru

Rasa yang ku dapatkan saat menggenjot lobang vagina tante Linda yang lembat sungguh tidak bisa ku lukiskan dengan kata-kata. Batang penisku yang terjepit oleh dinding vagina yang kenyal benar-benar memaksaku untuk menuju puncak birahi. Tidak seberapa lama aku melakukan hal tersebut, dapat ku rasakan bahwa desiran darahku seakan berkumpul di pangkal penisku. Saat itulah, aku semakin meningkatkan tempo permainanku, hingga akhirnya aku tidak tahan lagi. Ku hentakkan pantatku sekeras mungkin, sehingga penisku tenggelam sempurna di dalam lobang vagina tante Linda dan ku rasakan spermaku keluar dan mengisi lobang vagina tante Linda.

Aku sama sekali tidak berpikir akan akibat yang mungkin terjadi dengan tertanamnya sperma di rahim tante Linda, kecuali setelah batang penisku kembali melemah dan ku jatuhkan tubuhku di samping tubuh tante Linda yang basah bermandikan keringat. Tante Linda tersenyum padaku, lalu berkata:

“Nggak perlu belajar lama, ya?” kata tante sambil bangkit dari posisinya. Entah apa yang akan dia lakukan, ia berdiri di atas tempat tidur lalu ia duduk di atas dadaku sambil mengarahkan vaginanya yang masih basah tersebut ke daerah wajahku.
“Mainkan lidahmu, Ron!” Kata tante kemudian.


Seingatku, malam itu aku melakukan hubungan seks dengan tante Linda lebih dari 10 kali. Karena setiap kali penisku bangun, aku langsung memasukkan ke lobang vagina tante. Dari pelajaran malam itu, yang ada di pikiranku hanyalah keinginan untuk terus bisa merasakan vagina, hingga akhirnya aku berhasil merenggut keperawanan Desy, putri tante Linda sendiri.

Karena seringnya bercinta dengan Tante Linda, Ibu dari siswa privateku, Desy, hubungan gelap tanpa komitmen yang selama ini terjalin antara kami, tercium oleh Desy. Hal ini terjadi ketika suatu malam, setelah aku memberikan private di rumah Desy, hujan turun dengan lebatnya. Tante Linda menyarankan, agar aku tidak usah pulang dulu sebelum hujan reda. Tetapi ternyata hujan tidak berhenti hingga lewat jam 11 malam. Tante Linda menyarankan untuk bermalam saja.

Meskipun dengan sedikit basa-basi penolakan, tetapi tawaran itu ku terima dengan senang hati, dan memang itu harapanku, berharap dinginnya malam dengan suasana hujan lebat, akan menambah indah nuansa pencapaian puncak birahi dalam bercinta dengan janda beranak satu itu.

Malam itu, aku hanya tidur di sofa ruang tamu, karena memang hanya ada 2 kamar di rumah tante Linda. Mungkin hanya sekedar mengelabui Desy yang belum tahu hubungan gelap yang ku jalin dengan Ibunya. Di sofa itu, aku terus memainkan jariku di HPku yang hanya bergetar jika ada SMS atau panggilan masuk, karena memang aku sedang SMSan dengan tante Linda yang ada di kamarnya. Saling merayu di udara dengan bahasa yang mengoda birahi.

Setelah memastikan Desy tertidur di kamarnya, sekitar pukul 12.30 malam, tante Linda mengirinkan SMS yang berbunyi:

“Ron! kKmr Tante dong skrg, Tante dah pngin bgt nch!”

Menerima SMS itu, dengan penuh semangat, aku keluar dari selimutku dan bangkit dari sofa lalu melangkah perlahan ke kamar tante Linda. Suasana hujan yang masih sangat lebat memberikan keleluasaan bagiku, karena suara langkahku tidak akan memecah heningnya malam.

Saat aku membuka pintu kamar tante Linda, tiba-tiba Desy keluar dari kamarnya. Hal tersebut tentu saja sangat mengejutkanku. Apalagi melihat ekspresi keterkejutan Desy melihat gelagatku.

“Kaka! itu kamar Mama! Kaka mau apa?” begitulah kata yang terucap dari gadis muda berusia 15 tahun, utri tunggal tante Desy. Aku yang terkejut karena nyaris tertangkap basah dengan dorongan birahiku, langsung berusaha mencari alasan yang tepat untuk jawaban untuk pertanyaannya tersebut.
“Eeee….” jawabku seraya tanganku melepas gagang pintu kamar tante Linda yang kebetulan telah terlanjur terbuka, sambil terus berpikir keras untuk mencari alasan.

“Begini Win! tadi Kaka kira ini kamar kamu… Kata Mama kamu, Kaka disuruh membangunkan kamu. Kamu disuruh Mama kamu tidur dengan Mama, Kaka di suruh tidur di kamar kamu… Gitu, Win! Jawabku dengan bahasa yang agar berbelit-belit. Desy mengerutkan keningnya beberapa saat, lalu kemudian melempar senyumnya.

“Oo Iya, Kak! Kamar Desy di sini… Kakak tidur aja di sini…. biar Desy tidur di kamar Mama” begitu jawab Desy sambil masuk kembali ke kamarnya dengan maksud mungkin mengambil keperluan tidurnya.

Ku tutup kembali pintu kamar tante Linda dengan segudang kekecewaan, karena hasrat yang memuncak tidak bisa terlampiaskan di malam yang begitu mendukung ini. Dengan langkah lemas, ku beranjak ke kamar Desy, dan ku lihat Desy telah siap meninggalkan kamarnya menuju kamar Mamanya.

“Silahkan, Ka!” sapa Desy mempersilahkan aku untuk tidur di kamarnya.
“Makasih, ya Win!” sapaku saat ia ke luar dari kamarnya. Desy hanya melempar senyum saat berlalu dari hadapanku. Ku lihat dengan selimut di tangannya, ia membuka kamar Mamanya, kemudian masuk dan menutup pintu kamar Mamanya tersebut. Dengan tertutupnya pintu kamar tante Linda, maka pupuslah harapan untuk bisa kembali bercinta dengan tante Linda.

Malam terus berlalu, tetapi aku tetap tidak bisa tertidur karena gagalnya mencuri kesempatan indah untuk bercinta. jam 1 malam, hujan telah berhenti, tiba-tiba HPku bergetar, dan ku lihat ada SMS masuk. ku buka dan ku baca, ternyata tante Linda yg mengirimnya.

“Ron! kmu psti blm tdur kn?” itulah bunyi SMSnya. dengan masuknya SMS itu, aku merasa ada secercah harapan baru untuk kembali bisa melepas hasrat yang tertunda. langsung ku balas SMS tante Linda:
“blm, tnte? gimana nih? sy udah gak tahan mo nancepin lgi.” jawabku via SMS. tak seberapa lama, masuk lagi balasan dari tante Linda. “iya, tnte jg nch” begitu jawab tante Linda singkat. Dengan gesit ku mainkan jariku merangkai SMS balasan, dengan maksud menyusun strategi untuk bisa memadu hasrat tanpa diketahui Desy, anak perempuannya. “Desy dah bobo ya tante?” bgitu isi SMSku. “Iya!” jawab tante Linda dengan singkat.

Mendengar kekecewaan Desy itu, ku peluk tubuh Desy dan ku ciumi bibirnya, tetapi Desy tidak bereaksi melawan, apalagi berteriak. Ku jatuhkan tubuhnya ke tempat tidur sambil terus ku ciumi bibirnya. Ku tahan gerakan kedua tangannya dengan kedua tanganku, dan ku tindih tubuhnya agar dia tidak lagi mampu bergerak.


Merasakan Desy yang tidak bereaksi melawan terhadap aksiku, dan cenderung pasrah, aku menghentikan ciumanku dan ku tatap wajah Desy. Tetapi yang terlihat dari wajahnya bukan kekecewaan. Desy justru melemparkan senyumannya kepadaku. “Ada apa ini?” pikirku dalam hati…

“Perawani Desy, Ka! tapi jangan hamili Desy!” itulah kalimat yang terucap dibalik senyumnya. Aku pun senang mendengar kalimat itu. Tanpa pikir panjang, ku lepaskan seluruh pakaian yang menutup tubuhnya, mulai dari babydol yang dikenakannya, hingga BH dan CDnya. Tampak dihadapanku sesosok tubuh kecil yang lumayan langsung dengan buah dada kecil yang montok. Selangkangan Desy yang cembung dengan rambut ikal tipis yang tumbuh dipermukaannya, merupakan sebuah pemadangan baru yang sangat indah bagiku.

Aku tidak mau melewatkan kesempatan untuk merasakan bagaimana nikmatnya vagina seorang perawan berusia 15 tahun. Tanpa menunggu lebih lama, langsung ku angkat kedua kakinya, sehingga selangkangannya terbuka lebar. Terlihat jelas belahan vagina Desy yang hanya seperti lipatan kulit berbentuk garis lurus. Tidak terlihat disana ada lobang untuk masuknya penisku yang sudah siap tempur.

Tanpa pikir panjang, langsung ku arahkan kepala penisku ke belahan yang masih sangat rapat itu. Dengan kedua tangannya, Desy memegang kakinya yang terbuka lebar ke atas. Dengan bantuannya itu, aku bisa menggunakan jariku untuk membuka belahan vagina Desy. Bisa ku lihat di dalamnya daging yang agak basah berwarna merah muda, dan langsung ku tancapkan kepala penisku di sela belahan yang terbuka itu. Dengan sedikit memaksa, kepala penisku berhasil menerobos lobang vaginanya yang terasa sangat sempit.

Aku terus menekan agar penisku bisa masuk sempurna ke dalam vagina Desy, namun usaha itu harus ku lakukan dengan perlahan. Aku harus tarik ulur agar cairan vaginanya membasahi seluruh batang penisku. Tanpa cara itu, Penisku tidak bisa dipaksa masuk.

Sedikit demi sedikit, batang penisku semakin dalam masuk ke lobang vagina Desy yang sangat sempit, sampai akhirnya setengah batang penisku telah berhasil masuk. Dalam posisi penis yang setengah menancap di selangkangannya, ku jatuhkan tubuhku di dadanya. Ku raih bibirnya dan mencoba menciuminya, ku remas payudara montok yang masih ranum itu, sesekali ku jilati pipi, kuping, leher dan terkadang turun ke payudaranya.
Desy terpejam dan sesekali berdesis, sepertinya ia menikmati sentuhan yang lidahku di leher dan payudaranya.

Bahkan mungkin ia melupakan bahwa penisku baru setengah masuk ke lobang vaginanya. Melihat keadaan itu, ku tumpukan tubuhku di atas siku yang berada di kedua sisi tubuhnya dan ku pegang erat bahunya. Dengan terus menjilati payudaranya dan sesekali mengecup puting susunya, kembali ku genjot lobang vaginanya yang sangat rapat dan kesat. Terus ku coba dan ku coba, meski kedua bahunya telah ku pegang erat, tetapi tetap saja genjotan yang ku lakukan untuk menerobos lobang vaginanya hanya bisa masuk dengan perlahan.

Akhirnya ku putuskan untuk fokus pada usaha untuk memasukkan penis ke lobang vaginanya. Aku turun dari tempat tidur, dan menarik tubuh Desy ke sisi tempat tidur itu. Dengan posisi berdiri di sisi tempat tidur, kembali ku arahkan penisku yang sedikit ku basahi dengan air liurku ke lobang vaginanya. Penisku kembali hanya bisa masuk setengah ke dalam lobang vagina Desy, namun dengan posisi berdiri, aku bisa menahan kedua pahanya agar tubuhnya tidak bergerak mengikuti tiap genjotanku. Usahaku akhirnya tidak sia-sia, karena dengan posisi itu, aku bisa lebih cepat menerobos lobang vagina Desy dengan sempurna.

Dalam posisi tenggelam sempurna, aku mjatuhkan tubuhku ke dada Desy dan berguling agar posisi Desy di atas. Ku peluk tubuh Desy dan ku coba menarik keluar penisku dari lobang sempit yang basah itu, lalu mendorongnya masuk kembali. Beberapa kali ku lakukan itu, aku mebali berguling, sehingga posisiku mebali di atas. Saat itulah permainan sesungguhnya di mulai. Vagina Desy sepertinya telah mampu beradaptasi dengan benda tumpul yang menerobos lobang vaginanya.

Rapatnya lobang vagina Desy memberikan kenikmatan yang luar biasa yang tidak pernah ku rasakan saat bercinta dengan tante Linda. dinding vagina Desy seakan mencengkram erat batang penisku, persis seperti saat pertama Desy mencengkar penisku dengan tangannya.

0 komentar:

Posting Komentar